Sejak pandemi ini, banyak orang di Indonesia khususnya pengguna internet mulai membicarakan algoritma, khususnya algoritma di jejaring sosial. Namun, apakah orang-orang ini memahami algoritme media sosial?
Sebuah algoritma dalam jaringan sosial adalah seperangkat aturan matematika yang mendefinisikan data perilaku. Sistem dari algoritma jejaring sosial ini adalah untuk "memantau" segala sesuatu yang kita lakukan di jejaring sosial, kemudian dapat memberikan umpan balik berupa tayangan yang kita sukai. Algoritma juga berperan dalam menyaring konten agar sesuai dan tidak merugikan kenyamanan pengguna di jejaring sosial. Biasanya, algoritme media sosial membantu menertibkan dan meningkatkan kualitas konten. Data hasil analisis sistem algoritmik akan disajikan kepada pengguna sesuai dengan preferensi masing-masing.
Hasil Algoritma untuk setiap akun media sosial pasti berbeda untuk setiap orang, tergantung akun/orang yang disukai. Jika pengguna media sosial menyukai berita hiburan, maka pengguna tersebut hanya akan didominasi oleh semua jenis konten berita bertema hiburan. Hal yang sama berlaku untuk pengguna lain yang menyukai sesuatu. Jika kita melihat pada media sosial Instagram, algoritma ini berfokus pada semua aspek mulai dari korelasi, relevansi, koneksi untuk mendukung kualitas konten yang ditampilkan kepada pengguna. Dari algoritma ini, Instagram akan mendorong munculnya jumlah like, komentar dan share yang pada akhirnya akan memberikan berita positif dan negatif.
Dampak-Dampak Positif
Algoritma yang diterapkan pada sosial media tentu saja memiliki dampak positif dan negatif baik bagi pengguna maupun bagi perusahaan sosial media yang menerapkan algoritma. Pertama, mari kita bahas soal dampak positif dari penggunaan algoritma pada sosial media.
1. Home page dari seorang user akan menjadi lebih berbobot
Hal ini terjadi dikarenakan terdapat algoritma yang diterapkan dalam sosial media yang digunakan oleh seorang user. Algoritma tersebut akan menyusun dan menampilkan isi dari homepage user tersebut sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesukaan user ketika menggunakan sosial media.
2. Perusahaan sosial media mendapat data user
Dengan algoritma yang diterapkan pada sosial media, sebuah perusahaan dapat mengumpulkan data-data tentang seorang user. Misalnya, sebuah perusahaan dapat mengumpulkan data mengenai barang-barang apa saja yang disukai oleh seorang user. Kemudian nantinya data tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk hal marketing dan lainnya.
culnya strategi-strategi marketing melalui media sosial yang baik
Kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial kepada penggunanya tentunya juga berbanding lurus dengan kenyamanan yang diberikan pada advertiser. Salah satunya adalah memastikan iklan muncul pada pengguna yang tepat. Satu-satunya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memastikan sebuah topik yang relevan kepada calon customer agar mereka tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan mengiklankan sebuah sepatu, dengan bantuan algoritma di media sosial, iklan tersebut dipastikan bisa sampai pada orang hobby dengan sepatu. Sehingga, peluang untuk mencapai konversi pada iklan yang dibuat akan jauh lebih besar dibanding jika semua post harus tampil pada semua user.
Dampak-Dampak Buruk
Jadi, poin-poin di atas merupakan keuntungan yang bisa didapat dari penerapan algoritma pada sosial media. Namun, dibalik sebuah keuntungan pasti ada kerugian yang dapat terjadi. Berikut adalah kerugian-kerugian yang bisa terjadi ketika menerapkan algoritma pada sosial media.
1. Tidak bebas mengeksplor
Karena adanya algoritma yang diterapkan pada sosial media, homepage dari seorang user hanya akan didominasi oleh hal-hal yang disukai atau pernah dilihat oleh user. Jadi kesempatan untuk mengeksplor banyak hal yang diluar dari favorite seorang user akan sulit di eksplor dan tidak ditampilkan oleh sosial media yang digunakan oleh user.
2. Data pribadi diketahui
Algoritma yang diterapkan oleh sosial media dapat mengumpulkan data-data seorang user termasuk data pribadi seorang user. Jika perlu, sosial media juga dapat mengetahui data pribadi seorang user yang paling detail.
Contohnya Facebook mengambil sekitar 70,6% data dari setiap pengguna, mulai dari email, nama, usia, jenis kelamin, nomor telepon, tempat tinggal, pekerjaan, hobi dan minat, hingga agama. Angka tersebut juga menjadi yang tertinggi di antara perusahaan lainnya.
3. Resiko kebocoran data yang semakin besar
Dari data-data yang sudah dikumpulkan, jika sebuah media sosial media diretas atau mengalami kebocoran maka data-data pribadi seorang user dapat tersebar luas maupun jadi diperjual belikan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Contohnya Pada Mei 2021, data sejumlah peserta BPJS dijual di Raid Forums seharga 0,15 Bitcoin. Pengamat keamanan siber Alfons Tanujaya melakukan pengecekan terhadap kabar bocornya data BPJS Kesehatan tersebut. “Kelihatannya benar,” kata dia kepada Tempo. Tak lama setelah itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengakui sebagian data yang diperjualbelikan di internet mirip dengan data milik BPJS. Akan tetapi, saat itu BPJS belum bisa memastikan apakah kebocoran tersebut memang berasal dari mereka atau bukan.
kesimpulan
Jadi, sebuah algoritma yang diterapkan oleh setiap perusahaan sosial media memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Sebagai user dari sosial media, kita juga wajib untuk berhati-hati karena algoritma dari sosial media yang kita pakai bisa saja memberikan dampak yang buruk untuk kita. Namun, dibalik kekurangannya, algoritma sosial media sangat membantu perusahaan itu sendiri maupun perusahaan yang sedang bekerja sama dengan perusahaan sosial media tersebut dari segi keuntungan yang didapat.